Saat ini, kusadar ternyata hidup ini
membutuhkan seorang pendidik yang bisa memotivasikan hidupku agar aku mampu
meraih semua cita-cita yang kuinginkan selama ini.
Kukira seorang pendidik yang pantas
untuk dapat memotivasikan hidupku adalah seorang motivator yang telah sukses
mendidik para muridnya untuk mewujudkan impian yang diidam-idamkan oleh setiap
orang. Ku awali langkahku untuk bertemu
dengan seorang motivator (Pak Aris Ahmad Jaya) dalam acara “SUPER TRAINING”
yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi (HIMADIKSI)
di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Untungnya, dalam acara tersebut
aku menjadi panitia dokumentasi setidaknya bisa lebih dekat mendengarkan
motivator dari Pak Aris Ahmad Jaya. Selangkah demi selangkah aku mendekati Pak
Aris Ahmad Jaya dalam acara tersebut. Walaupun hanya menjadi fotografer, namun
seakan-akan nasihat beliau memberikan inspirasi yang luar biasa. Yang paling
kuingat dari kata-kata beliau: “Jika anda ingin sukses, maka yakinlah, yakin,
yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, lalu berdoa dan ikhtiar, alhasil Allah yang
menentukan nasib kita. Serahkan semua urusan anda kepada Allah SWT. pasti Allah
selalu memberikan jalan yang terbaik dan doa anda pun harus disertai doa kedua
orang tua anda, karena doa orang tua selalu memberikan kemudahan serta
memperlancar rezeki anda.”
Astagfirullah ternyata kusadar
hubungan aku dengan kedua orang tua-ku sangatlah jauh. Bisa dibilang komunikasi
dengan kedua orang tua-ku, pada saat itu tidak begitu dekat. Aku bahkan tidak
tahu bagaimana kondisi kedua orang tua-ku sendiri. Apakah mereka sehat atau
dalam keadaan sakit atau sedang bekerja keras demi menyekolahkan aku beserta
adik-ku atau bahkan untuk makanpun mereka masih kesulitan mencarinya. Dalam
hati kecil-ku berkata: “Ya Allah, mengapa nasihat dari seorang motivator bisa
begitu cepat melekat dalam otakku, sedangkan setiap nasihat orang tua-ku selalu
kuabaikan bagaikan kupu-kupu yang beterbangan??? Berarti aku bisa dibilang anak
yang tak tahu diri. Padahal ayah dan ibuku dengan penuh sabarnya merawatku
sejak kecil. Saat ku terjatuh di usia 1 tahun untuk berlatih berjalan, ayah
selalu memberikan semangat supaya aku bisa berjalan. Saat ku haus dan menangis
di tengah malam, ibuku terbangun dan dengan segeranya langsung memberi-ku susu
ASI yang keluar dari ASI ibuku sendiri. Tahun demi tahun, selalu terngiang
nasehat ayah dan ibu, “Jadilah orang yang lebih baik dibandingkan ayah dan ibumu
ini nak. Kami yakin engkau memiliki kelebihan yang luar biasa bila dibandingkan
kedua orang tuamu ini nak!!!”
Setiap ingat nasehat mereka, aku
selalu mengeluarkan air mata dan kusadar bahwa seorang pendidik yang telah rela
mengorbankan hidupku sejak kecil adalah orang tua-ku sendiri. Merekalah
motivator pendidik yang paling hebat dibandingkan dengan yang lain. Ternyata
beribu-ribu nasehat dari mereka seharusnya telah merubah hidupku agar aku bisa
lebih sukses dari apa yang kedua orang tua-ku harapkan.
Sejak saat itu, sebaiknya aku sebagai
anak yang baik secepat mungkin mengucapkan terima kasih banyak kepada ayah dan
ibu. Karena pengorbanan mereka sampai kapanpun tidak bisa tergantikan. Namun,
ayah dan ibu bilang : “Ibu dan ayah hanya berharap sudahlah cukup menjadi orang
yang lebih baik dari kami berdua.” Akan selalu kuingatkan nasehat ayah dan ibu
sampai akhir hayatku.
By: Melly Lydea
0 komentar:
Posting Komentar