skip intro/masuk

Logo sciemics

Sabtu, 15 September 2012

DIBALIK RAHASIA “SEORANG PENDIDIK”

Share on :



Saat ini, kusadar ternyata hidup ini membutuhkan seorang pendidik yang bisa memotivasikan hidupku agar aku mampu meraih semua cita-cita yang kuinginkan selama ini.

Kukira seorang pendidik yang pantas untuk dapat memotivasikan hidupku adalah seorang motivator yang telah sukses mendidik para muridnya untuk mewujudkan impian yang diidam-idamkan oleh setiap orang. Ku awali  langkahku untuk bertemu dengan seorang motivator (Pak Aris Ahmad Jaya) dalam acara “SUPER TRAINING” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi (HIMADIKSI) di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Untungnya, dalam acara tersebut aku menjadi panitia dokumentasi setidaknya bisa lebih dekat mendengarkan motivator dari Pak Aris Ahmad Jaya. Selangkah demi selangkah aku mendekati Pak Aris Ahmad Jaya dalam acara tersebut. Walaupun hanya menjadi fotografer, namun seakan-akan nasihat beliau memberikan inspirasi yang luar biasa. Yang paling kuingat dari kata-kata beliau: “Jika anda ingin sukses, maka yakinlah, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, lalu berdoa dan ikhtiar, alhasil Allah yang menentukan nasib kita. Serahkan semua urusan anda kepada Allah SWT. pasti Allah selalu memberikan jalan yang terbaik dan doa anda pun harus disertai doa kedua orang tua anda, karena doa orang tua selalu memberikan kemudahan serta memperlancar rezeki anda.”

Astagfirullah ternyata kusadar hubungan aku dengan kedua orang tua-ku sangatlah jauh. Bisa dibilang komunikasi dengan kedua orang tua-ku, pada saat itu tidak begitu dekat. Aku bahkan tidak tahu bagaimana kondisi kedua orang tua-ku sendiri. Apakah mereka sehat atau dalam keadaan sakit atau sedang bekerja keras demi menyekolahkan aku beserta adik-ku atau bahkan untuk makanpun mereka masih kesulitan mencarinya. Dalam hati kecil-ku berkata: “Ya Allah, mengapa nasihat dari seorang motivator bisa begitu cepat melekat dalam otakku, sedangkan setiap nasihat orang tua-ku selalu kuabaikan bagaikan kupu-kupu yang beterbangan??? Berarti aku bisa dibilang anak yang tak tahu diri. Padahal ayah dan ibuku dengan penuh sabarnya merawatku sejak kecil. Saat ku terjatuh di usia 1 tahun untuk berlatih berjalan, ayah selalu memberikan semangat supaya aku bisa berjalan. Saat ku haus dan menangis di tengah malam, ibuku terbangun dan dengan segeranya langsung memberi-ku susu ASI yang keluar dari ASI ibuku sendiri. Tahun demi tahun, selalu terngiang nasehat ayah dan ibu, “Jadilah orang yang lebih baik dibandingkan ayah dan ibumu ini nak. Kami yakin engkau memiliki kelebihan yang luar biasa bila dibandingkan kedua orang tuamu ini nak!!!”

Setiap ingat nasehat mereka, aku selalu mengeluarkan air mata dan kusadar bahwa seorang pendidik yang telah rela mengorbankan hidupku sejak kecil adalah orang tua-ku sendiri. Merekalah motivator pendidik yang paling hebat dibandingkan dengan yang lain. Ternyata beribu-ribu nasehat dari mereka seharusnya telah merubah hidupku agar aku bisa lebih sukses dari apa yang kedua orang tua-ku harapkan.

Sejak saat itu, sebaiknya aku sebagai anak yang baik secepat mungkin mengucapkan terima kasih banyak kepada ayah dan ibu. Karena pengorbanan mereka sampai kapanpun tidak bisa tergantikan. Namun, ayah dan ibu bilang : “Ibu dan ayah hanya berharap sudahlah cukup menjadi orang yang lebih baik dari kami berdua.” Akan selalu kuingatkan nasehat ayah dan ibu sampai akhir hayatku.

Dan aku berjanji sampai kapanpun di balik rahasia yang menjadi pendidik dalam hidup-ku, itulah kedua orang tuaku.

By: Melly Lydea

0 komentar:

Posting Komentar