skip intro/masuk

Logo sciemics

Rabu, 08 Agustus 2012

Bersedekahlah, Usaha akan Maju

Share on :


Laporan Muhammad Imaduddin
(Mahasiswa Pendidikan Sejarah 2010, FP IPS UPI)
Baru saja saya pulang dari rumah pengusaha Limbah B3, Tembaga, dan Ayam Organik. Namanya Yudi. Kok enak banget ya bertemu pengusaha? Mungkin banyak temen bertanya seperti itu di dalam hati. Jangan salah, Bung. Saya menghubungi dia sejak 10 hari lalu, dan baru kesampaian bertemu hari ini. Wajarlah, pengusaha cukup sibuk. Semalam pun, ia baru pulang dari Kuala Lumpur. Ajibb nggak tuh? Pengusaha. Mari kita doakan kebaikan bagi dia selalu.

Sebenarnya pertemuan ini, permintaan Arief Juliaman (Ketua Umum ke-3 HIPMI PT UPI), agar saya menghubungi pengusaha tersebut. Sehingga, kami bisa berdiskusi intensif. Tapi, Arief tidak bisa lantaran berhalangan, KKN (Kuliah Kerja Nyata). Akhirnya, saya membuat status di facebook kemarin;

Imaduddin Ghaniy
besok insyaallah bertemu dengan Pengusaha Limbah. Janjian sejak 1 minggu yg lalu, baru bsok bisa bertemu. Subhanallah
Ada yang komen : Fadhli Akhmad Sadar Boleh ikut mad?
Saya balas : Imaduddin Ghaniy boleh… yukkkk.. bsk imad kontak lg y.. klo gk bsk, rabu.
Lalu, saya ajak Nur Hadi Kusumo (Ketua Angkatan 5 HIPMI PT UPI) dan Muhammad Eggy Aryabazda.
Kami janjian bertemu di Masjid Darut Tauhid pukul 13.00. Hanya Eggy yang belum muncul. Kami berangkat pukul 13.26 menuju Cimahi rumah pengusaha Yudi.


Di rumah
Sesampainya di kediaman Yudi, kami disambut seorang gadis dan pria yang cukup muda (pegawainya, saya sudah bertemu dengan Yudi sebelumnya). Hmmm,,, gadis ini siapa? Ini pasti anaknya, hatiku berbicara.
Kami bertiga (saya, kang Fadli, dan Hadi) memasuki ruang tamu. Langsung berbincang-bincang dengan Yudi.

“Ini dengan Iman? Imad?” sapa Yudi.
“Imad, Pak. Sudah lama Pak. Baru bisa bertemu lagi. Maaf, Pak. Bila mengganggu dan merepotkan,”jawab saya.
Tanpa babibu, ia langsung berbicara dan memberikan wejangan.
“Kemarin saya baru saja mengikuti buka bersama di salah satu organisasi. Mendatangkan Cak Nur, Pengusaha Surabaya yang sukses. Beliau nggak mau disebut ceramah, tapi sharing. Padahal, Cak Nur membongkar habis isi Alquran di luar kepala. Hebatnya lagi, beliau punya perusahaan yang sahamnya 80% untuk umat, dirinya hanya 20%. Nah, bagusnya kita seperti itu. Berbisnis bukan untuk diri sendiri. Tapi, untuk umat,” kami terdiam sejenak.
“Kikir itu termasuk syirik. Kikir kan artinya cinta uang berlebihan, takut uangnya habis. Nah, kalau sudah gitu, uang jadi tuhan. Musyrik nggak tuh? Kalian jangan kikir. Bakalan sulit kaya. Mau kaya, ya jangan kikir. Itu sudah jelas Alquran yang berbicara.”
Saya jadi teringat salah satu ayat dalam Alquran, Al Imran : 92,“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”
“Buatlah semacam BMT HIPMI. Biar kalian belajar berbagi, misalnya ke mahasiswa yang kurang beruntung atau masyarakat kita. Biar nggak jadi pengusaha kikir.” Semoga bisa segera diwujudkan, dalam hatiku.
“Ikuti aja aturan Alquran. Sudah jelas kok. Buat apa kaya cepat, matinya susah. Banyak saya punya teman yang susah matinya. Ada juga teman saya yang sekarang lagi dapat projek Rp 6 miliar, tapi apa? Semuanya sudah dijual, rumahnya, mobilnya, semuanya lah. Masih kekurangan uang Rp 500 juta aja sampai sekarang kesusahan. Untuk apa kemewahan kalau memberatkan. Ikuti aturan agama, nanti akan memudahkan,” tambah Yudi.

Satu per satu ditanyai semua bisnis kami bertiga secara bergiliran. Mulai saya, Kang Fadli dan Hadi.
Saya sebagai pengusaha bekam dan pakaian. Kami diitanyai berbagai peluang, terutama karena saya juga berasal Balikpapan, Kalimantan Timur. Sedangkan, Kang Fadli sebagai Founder Kugy Creative Design dan mahasiswa S2 UPI. Tak lupa Hadi, yang bisnis konveksi dan berasal dari Bekasi ditanyai berbagai hal serta peluangnya.

Bulan puasa, kami disuguhi “makanan” bisnis. Sebuah batu berwarna biru kehijauan yang merupakan batu tembaga. Lalu, ia menjelaskan berbagai hal tentang tembaga dan pengolahannya. Menghancurkan batu, lalu dicampur berbagai kandungan Sulfat [SO4]2-. Hingga, menghasilkan Tembaga [ Cu ]. Untung saja, saya masih ingat rumus kimia di zaman SMA dulu.

Menjelang magrib, kami pun meminta izin undur diri. Ia, masih ada berbagai pekerjaan. Tak lupa, kami meminta foto bersama. He.. he…

Semoga tulisan ini menginspirasi.

0 komentar:

Posting Komentar