skip intro/masuk

Logo sciemics

Selasa, 16 Agustus 2011

kebenaran ada di hati . permainan bahasa

Share on :

sering mendengar kata fanatik?
apa yang terbesit di pikiran kita?
berlebih-lebihan, lebay, tidak wajar,
dalam hal apa? agama tentunya

jadi......... kalo agama jangan terlalu mendalam,
yang wajar-wajar saja,
jangan lebay,
udah jangan "fanatik" !

udah belajar agama jangan terlalu..., ntar pemikirannya aneh,
pemikiran dari arab sana jangan di bawa-bawa
pemikiran dari tafsir-tafsir islam jangan di bawa-bawa,
kalo liberal gapapa, orang mau ngerampok negara kita gapapa
soalnya wajar, mangga mau merusak generasi muda bangsa kita juga gapapa ko,terima mereka dengan tangan terbuka, ini kan moderinisasi, jelek juga tak mengapa , yang penting modern, gaul, wajar, dan adem ayem.
sekali lagi ga usah "fanatik" kalo mendalami agama. yang wajar-wajar aja.

weits...
memang fanatik itu seperti apa? horor beneeeer.. (mendalami agama di buat horor)
ada baiknya ilmu dari barat, disiplin, budaaya keilmuan (walaupun peradaban islam pun merupakan peradaban berbasis keilmuan kalo kita melihat sejarah dan bukan hanya menerima yang di cekoki media tentang islam),tapi kudu di saring juga, kudu tetep kritis,  dan sayangnya, kebanyakan tidak kritis, menerima apa adanya, dan lebih di sayangkannya , mereka tau kelemahan kita, jadi menyelipkan budaya-budaya yang buruk.

ayo rada kita simak
"fanatik" , "wajar", "jangan terlalu mendalam".

seolah-olah salah bila  mempelajari agama dengan mendalam, dengan sesuai peruntukannya,adalah salah, tidak wajar

mempelajari agama menjadi sebuah ketakutan di kalangan masyarakat., adanya kekhawatiran..

bukan nya sangat wajar dan merupakan kehrusan untuk memperdalam agama?
mempelajari "how to " untuk mencapai tujuan kita setelah mati?
jadi mengapa di jadikan sanksi?

"wajar saja".. apakah kita menyadari, bagaimana keadaan "sewajarnya" menurut pandangan banyak orang? (di rancang agar banyak org berfikiran demikian)

anak SD wajarnya  menonton spongbob bukannya masuk ke TPA untuk mengikuti program tahfidz quran

anak SMP wajarnya  nyoba-nyoba rokok, dan maen game, bukannya ikutan osis, atau pramuka( anak yang ikutan
osis atau pramuka di anggap cupu)

anak SMP wajarnya udah mulai-mulai pacaran, bukannya ngaji terus,sama latihan pramuka, ntar kuper atuh, ga gaul,

anak SMA wajarnya ikut-ikut band-bandan g jelas (bukan yang berkarya ,saya kagum dengan yang benar-benar berkarya di musik, "tapi ikut-ikutan"), bukannya les bhasa inggris,( kutu buku).

anak SMa yang wjarnya  ikut kongkow-kongkow di cafe, chating, nyekilcewe di fb atau ym, bukannya ikutan PMR yang jelas earning skill , atau ikutan club inggris, apa lagi ikut so' sibuk anak osis . hidup ma nyantei tong di bawa ribet

anak kuliahan yang kongkow-kongkow menikmati masa muda, masa kuliah  ga akan terulang dua kali,
nanti lagi aja mikirin anak muda bangsa indonesia mau gimana akhirnya , nanti lagi ngurusin ade-ade SMA,
nanti lagi ngebantu ade-ade yang ga ada biaya untuk kuliah, . ga usah ribet.  hidup ma kudu nyantei nyalem.... ( ATTTTANTION ! di bawa santai = kalo ada masalah, jangan panik, kudu tenang. tapi tetep kudu kerja keras !! kerja keras dulu, dan nanti di imbangi dengan hiburan, santei, istirahat, bukan santei2an yang di jadikan judul utama)

"nyantei, kalem" jadi punya arti kata yang berbeda, harusnya positive malah jadii negative.

apakah seperti itu yang "wajar-wajar saja"?
please cuy, teu pisan.


bila kita simak, banyak pisan kata-kata yang jadi sumber ketakutan di "katai" seperti itu, mengerti?
nyalem hirup ma, aduh, kalo kerja keras jadi  so'

ikut ini ikut itu, aktiv, aduh plis lah, masa muda mau di kemanain? ( tanya, mau ke manain? mau sekedar hura-hura? trus nanti tua ngurusin keluarga, kapan manfaat buat orang banyak ?)

ga usah so' idealis, aduh, ia juga ya, idup kan harus nyantei, ikuti arus aja,..


symbol-symbol yang bikin horor di buat , berupa kata-kata, berupa istilah istilah, buat kita horor, atau enggan menyentuhnya,fanatik, idealis, aktiv,  sewajarnya saja, dsb.
padahal itu benar, padahal itu haq', padahal itu baik, namun jadi seolah-olah tidak baik
benar menjadi bias.

media di setir, bikin kasus kasus , bikin kejadian-kejadian, agar di beritakan, dengan kata-kata berita yang sudah di sepakati, dengan kata-kata yang sudah di desain sedemikian rupa, istilah-istilah yang sudah di siapkan untuk di pakai di kejadian-kejadian yang sudah di rencnakan, istilah-istilah agar di cerna dan di pahami oleh banyak orang , menjadi sebuah  opini publik.

permainan bahasa, semua terkena imbasnya, dari obrolan teman-teman saya, semua mengalaminya, dari yang saya lihati d jejaring sosial ,hampir semua mengalaminya,  ini juga sudah saya alami , dan terbawa imbasnya tentunya :)

ini perminan bahasa,

sebagai anak muda, tonggak perubahan, tulang punggung negara
harus lebih kritis

lakukan kebaikan yang kamu yakini, 
kebaikan dari kebenaran yang kamu fahami
pegang teguh
jangan peduli apa kata orang
kebenaran itu bisa di nilai dari hati
tinggal kita memilih, menerima hati, atau menerima  badai pemikiran di luar, opini-opini yang bergejolak .

saat kita berdiri teguh di atas nilai yang kita yakini benar, 
tetaplah seperti itu, 
Allah mencnitai yang istiqamah,
dan orang yang seperti itu tidak akan merugi
di segani lawan, di senangi kawan
dan paling penting, di cintai Allah.


terus berkarya.
untuk kebermanfaatan.

-2 agust 2011
haris rachman

Head Manager of Business Sharia Departement
Study Community of Islamic Economics
Universitas Pendidikan Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar