skip intro/masuk

Logo sciemics

Rabu, 14 November 2012

“Karena tangan Allah itu Lebih Indah...”

Share on :

               Karena tangan Allah itu lebih indah..... ya begitulah, setiap hal kehidupan di dunia ini tidak pernah jauh dari sketsa yang digambarkan oleh tangan-Nya, menjadi sebuah skenario yang tak pernah terbayangkan oleh kita sedikitpun bagaimana hasil akhirnya apakah indah atau tidak, tetapi yang pasti itu adalah skenario Allah yang paling indah dan terbaik untuk kita miliki.
Terkadang kita selalu merasa bersedih ketika apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan yang kita harapkan padahal dibalik itu semua Allah siratkan hikmah yang termanis yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hidup. Dan kadang kita tak menyadarinya. Dia memberikan apa yang kita butuhkan bukanlah apa yang kita inginkan. Sekali lagi, karena tangan Allah itu lebih indah. Ini jugalah alasanku untuk menggerakkan tanganku untuk menuliskan sepenggal cerita indah dibalik sulitnya kehidupanku. Seperti kisah hidupku berikut ini.
              Dimulai ketika aku menginjakkan kakiku di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di tempat tinggalku, Rancaekek. Ya, aku sangat membenci sekolah itu dan tak berniat untuk masuk sekolah yang tak pernah sedikitpun menarik untukku ini. Akupun merengek kepada kedua orangtuaku untuk bersekolah di sekolah ternama di kota Bandung. Tetapi tetap saja mereka tak memperdulikannnya dan bersikeras memasukkanku ke dalam sekolah itu dengan alasan yang klasik yaitu mereka tahu yang terbaik untukku. Aku tak percaya sedikitpun karena itulah alasan yang selalu dipakai oleh semua orangtua yang ingin mengatur anaknya. Kadang aku selalu merasa iri karena kedua kakakku selalu terpenuhi keinginannya termasuk sekolah di sekolah ternama harapanku sedangkan aku?? Hanya sekolah di sekolah yang bagiku mungkin tak pantas disebut gedung sekolah. Ini tak adil. Apa karena aku anak terakhir?? Atau hanya mereka saja yang tak pernah mengerti aku, pikirku saat itu. Ya terpaksa hari demi hari harus kulewati sebagian kisah perjalanan hidupku di tempat ini. Awalnya biasa saja tetapi lama kelamaan aku mulai merasa nyaman dan memiliki teman-teman yang mengerti keadaanku. Petualangan pertamaku pun dimulai. Ku selalu menghabiskan waktuku dengan teman-teman hingga petangpun selalu menemaniku selama 3 tahun. Dan tangan Allah yang indah pertama itu pun mulai menyentuh kehidupanku....
            Sekitar kelas 2 SMA tak tahu kenapa aku ingin sekali memakaikan jilbab yang tersampir di kamarku itu ke kepalaku. Dengan ucapan bismillah akhirnya akupun memakai mahkota emas ini untuk menutup rambut dan kepalaku dan berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku tak memperdulikan ocehan, siulan, pandangan aneh, atau pujian dari teman-temanku. Aku bertekad untuk tak melepaskan mahkota emas yang tiada ternilai harganya ini untukku, tekadku saat itu. Sebenarnya kakak laki-lakiku menyuruhku untuk memakai jilbab sudah dari dulu, tetapi mungkin baru saat ini tangan-Nya yang indah itu diberikan untukku, dan mungkin dulu aku masih memikirkan duniaku dan tak memperdulikan-Nya sedikitpun. Akupun semakin bahagia ketika keluargaku, sahabatku, guruku mendukung perubahanku ini.
          Tangan-Nya yang indah kedua mulai aku rasakan ketika aku mendengar ada salah satu gempa tepatnya di kota Tasikmalaya yang begitu dahsyat dan merusak salah satu gedung sekolah ternama yang dulu menjadi harapanku. Kalau saja dulu aku masuk sekolah itu, aku tak tahu harus belajar dimana karena sekolahpun sibuk memikirkan kerusakan gedung yang rata dengan tanah itu. Dan aku bersyukur meskipun sekolah di tempat yang kecil nan sederhana ini tapi aku begitu nyaman dan bahagia dan tak perlu repot-repot memikirkan gedung.
            Tangan Allah yang indah ketiga ketika memasuki semester akhir sekolah. Ternyata di sekolah ini aku bisa berprestasi dan mengikuti lomba mata pelajaran yang sangat aku sukai yaitu geografi dan kebumian meskipun aku salah satu anak keturunan IPA tapi aku bersyukur Allah mengizinkanku mengikuti olimpiade salah satu mata pelajaran IPS ini dan mendapatkan banyak pengalaman yang tak ternilai harganya.
           Tangan Allah yang indah keempat kembali kurasakan ketika setelah aku lulus dari sekolah yang sangat aku cintai dengan segala kenangan indahnya untuk terus melangkahkan kakiku ke pendidikan yang lebih tinggi. Akupun mengikuti tes tulis untuk bisa mendapatkan bangku kuliah di universitas favoritku. Dengan berbekal pengetahun yang tersisa di otakku, aku berangkat dari rumah dini hari. Benar-benar perjuangan ayahku yang tak bisa terbalas mengantarkanku ke sana. Pengumuman hasil kelulusan tespun dimulai. Akupun mencari daftar namaku di deretan nama yang lulus yang tertera di koran. Ketika kulihat ada namaku disana, akupun sangat senang. Tapi...... aku langsung tertunduk dan menangis karena bukan universitas favoritku yang tertera di sebelah namaku, tapi universitas yang menjadi pilihan kedua orangtuaku. Ya, universitas yang sama sekali tak menarik hatiku. Akupun meminta kepada orangtuaku untuk tak kuliah dan mengikuti tes di tahun berikutnya. Lagi-lagi, mereka tak mendengar. Mau tak mau akupun akhirnya kuliah juga. Dan yang sangat menyebalkan aku masuk ke fakultas ekonomi, hal yang sangat aku benci. Ya, ekonomi adalah hal yang paling aku benci dari dulu. Tapi aku mau tak mau aku harus selalu berdampingan dan menghabiskan masa kuliahku bersama satu hal itu. Kalau tidak, aku akan ketinggalan. Kecintaanku pada ekonomi pun mau tak mau dimulai.
          Tangan Allah yang indah kelima menyadarkanku arti pengorbanan orangtua.  Ketika itu, aku menunggu ayahku untuk menjemputku di kampus karena beliau sudah janji akan menjemputku setelah aku beres kuliah. Tapi setelah 2 jam ayahku tak muncul juga menjemputku. Akupun kesal dan pulang saja kerumah. Ayahku menelponku dan meminta maaf karena baru bisa keluar kantornya jam 7 malam dan sempat menungguku. Dan Allah pun menyadarkanku. Kalau saja saat itu aku memaksa ayahku menjemputku maka beliau akan kehilangan pekerjaannya. Ternyata hanya menunggu 2 jam saja seorang anak masih bisa mengeluh  kepada orangtuanya sementara orangtua yang rela menunggu kita pulang kerumah bahkan sampai tidak tidur sebelum kita pulang sama sekali tak mengeluh bahkan tersenyum ketika melihat kita pulang baik-baik saja. Sungguh pengorbanan yang tak sebanding.
         Dan tangan Allah yang keenampun merubah semua pemikiranku dari awal. Ternyata ekonomi yang menjadi temanku dari awal memberikan banyak pelajaran dan manfaat untukku. Karena ekonomilah aku bisa mengenal ekonomi islam, karena ekonomilah aku bisa aktif di berbagai organisasi dan kenal banyak orang, karena ekonomilah aku bisa berkesempatan untuk berprestasi, dan karena ekonomilah juga aku bisa berada dalam keluarga yang kecil nan sederhana yang bisa banyak memberikan ku pelajaran di setiap kisah perjalanannya. Ya, itulah SCIEmics. Kelompok pembelajar ekonomi islam yang tak pernah mengenal arti menyerah dan putus asa dalam mendapatkan cita. Sungguh hal yang tak bisa tergantikan oleh apapun. Sebongkah emaspun tak bisa. 
            Ya begitulah Allah memberikan tangan-Nya yang indah. Dia bisa memberikannya kepada siapapun terutama kepada dia yang mau berusaha. Semoga kisah diatas bisa menjadi motivasi untuk kita semua. Bahwa apapun yang kita lakukan selayaknyalah kita kembalikan kepada Allah yang memiliki skenario paling indah. Jangan pernah menyesal dengan keadaan kita saat ini dan apa yang kita dapatkan saat ini pula. Begitu juga dalam mendakwahkan ekonomi islam, jangan pernah menyerah dengan keadaan apapun saat ini. Meskipun banyak yang menentangnya tapi percayalah tangan Allah itu lebih indah dan dekat dengan kita. Yakinlah hanya Dia yang bisa menolong kita. Dan yakinlah juga bahwa semua pasti indah pada waktunya. Dan ekonomi islam pun akan kembali jaya seperti dulu kala jika kita tak mau menyerah untuk memperjuangkan-Nya.

Karena tangan Allah itu indah............:))   
_Dina Rahmawati_

0 komentar:

Posting Komentar